Lebaran identik dengan suasana suka cita sekaligus waktu berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Inilah yang membuat lebaran di Indonesi...
Lebaran identik dengan suasana suka cita sekaligus waktu berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Inilah yang membuat lebaran di Indonesia syarat dengan tradisi mudik tiap tahunya. Para perantau dari berbagai kota dan daerah berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari Istimewa ini.
Bagi saya yang notabene merantau di kota orang, mudik lebaran juga jadi moment yang sangat ditunggu. Karena setelah satu tahun saya bisa pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga, sahabat dan teman-teman. Namun tak seperti kebanyakan orang, kali ini saya baru bisa mudik di hari ke-5 lebaran. Untuk sebagian besar pemudik ini adalah saatnya arus balik.
Bahagia sudah pasti, walau terlambat tak akan mengurangi kegembiraan saya untuk bertemu orang-orang tercinta terutama kedua orang tua. Bahkan saya selalu membayangkan kepulangan saya sebelum mudik. Banyak hal yang ingin saya lakukan bersama mereka di tempat kelahiran.
Saat menulis tulisan ini saya sedang berada di dalam bis IMI ekonomi menuju lampung. Ini pengalaman pertama saya. Jika sebelumnya saya selalu mudik naik kereta api atau mobil ber AC, jali ini saya meraaakan sensasi naik bis ekonomi. Ternyata rasanya tak begitu buruk, malah seru karena saya banyak menemukan hal baru disini.
Pada awalnya saya disarankan oleh keluarga untuk naik bis ac, katanya sih sedikit mahal tak masalah asalkan nyaman selama perjalanan. Namun apa mau dikata, saya terlambat ke loket sehingga hanya tinggal bis ekonomi. Akhirnya daripada harus kembali menunda kepulangan saya memilih naik bis ekonomi saja. Yah, sekalian cari pengalaman baru.
Selama di dalam bis ada satu hal yang aempat membuat saya merasa tak karuan. Yaitu karena harus menahan buang air kecil dari indralaya sampai daerah Ogan Komering Ilir (OKI). Konyol memang, karena harus menahanya selama 3 jam. Sampai-sampai saya gelisah dan tak bisa tidur karenanya.
Saat itulah saya merasa hidup saya ini sangat tidak bahagia. Namun akhirnya angin perubahan datang ketika bis menepi dan parkir di depan eumah makan. Tanpa pikir panjang saya segera lari mencari tempat melepaskan aegala keresahan yang saya alami (WC). Sungguh itu adalah nilmat yang luar biasa. Meski harus merelakan 2 ribu rupiah, saya tak keberatan dan ikhlas.
Segitu dulu ya ceritanya, nanti kita sambung lagi. Maafkanlah mata ini yang sudah tak mau kompromi. Sepertinya ia ingin segera terpejam untuk beberapa saat di bis ekonomi yang indah dan penuh cerita ini.
Keren infonya, nih liat juga Tips Muduik Dengan Balita
ReplyDelete