pentingnya mencari dan mengamalkan ilmu. banyak orang yang berlomba-lomba mencari ilmu namu sedikit yang mau mengamalkanya. padahal mencari dan mengamalkan ilmu kedudukanya sama penting.
Apa
tujuan pendidikan yang sebenarnya? Mungkin banyak orang menjawab tujuan
pendidikan adalah untuk mencari ilmu. Tapi dewasa kini, kita sering mendengar istilah
mencari nilai atau sekedar formalitas untuk mendapatkan ijazah.
Banyak
hal yang harus dipikirkan ketimbang sekedar nilai atau ijazah. Salah satunya
yaitu pengaplikasian dari ilmu yang didapat, itulah yang lebih penting. kemuliaan
orang yang menuntuk ilmu terletak pada pengaplikasianya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW mengingatkan kita akan
pentingnya keluar dari kebodohan, juga mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu membiarkan kebodohanya, dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya.”(HR. Thabrani)
“Belajarlah kalian semua ilmu yang kalian inginkan maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkanya.”(HR. Abu Hasan)
Namun
terkadang ada yang merasa, takut untuk belajar dengan alasan nanti kalau kita
belajar maka akhirnya kita menjadi tau kemudian takut tidak mampu mengamalkan
ilmu yang kita pelajari tersebut. Oleh karena itu, kita beranggapan bahwa lebih
baik tidak usah belajar, lebih baik bodoh, daripada belajar dan tau banyak
ilmu, tapi jika tidak bisa mengamalkan hanya akan sia-sia. Seolah-olah anggapan
seperti ini memang benar, namun tidak sepenuhnya benar.
Perlu kita ketahui, yang dimaksud dengan orang yang tidak mengamalkan ilmu adalah orang yang memang niat awal dia belajar dan mencari ilmu bukan untuk diamalkan. Misalnya niat belajar hanya untuk dipamerkan, menyombongkan diri, untuk menipu orang lain, dan niat-niat buruk lainnya. Kalau memang niatnya seperti itu natnya, maka hanya akan membawqa kita kepada keburukan.
Pengamalan ilmu itu ada dua macam, yaitu: Pertama, mengamalkanya dalam bentuk perbuatan. Kedua, dengan mengajarkanya kepada orang lain. Jika memiliki ilmu dan sudah mau mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain, namun kita belum bisa mengaplikasikan ilmu tersebut untuk diri sendiri, bukan karena tidak mau, tapi mungkin karena belum mampu atau adanya hambatan sehingga kita belum bisa mengamalkannya.setidaknya kita mengamalkan "sebagian" ilmunya dengan mengajarkan ya. Harapannya, kalau orang yang dia ajari tadi sudah bisa mempraktekkan ilmu yang kita ajarkan, hal itu akan menjadi cambuk bagi kita untuk berusaha keras mengamalkannya.
Sebagai
contoh, misalnya kita mengetahui bagaimana melaksanakan ibadah haji beserta
hukum-hukumnya, kemudian ada orang yang bertanya kepada kita tentang ibadah
haji, apakah untuk mengajarkannya kita harus menunggu sampai kita bisa
mempraktekkannya terlebih dahulu? Tentu tidak bukan.
Kuncinya
ada pada niat. Berniat untuk mengamalkan apa yang belum mampu diamalkan sewaktu
ada kesempatan. Sebab dalam sebuah hadis disebutkan:
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
Artinya:
”Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
(HR. Bukhari Muslim)
Belajar dan mencari ilmu adalah tugas kewajiban yang harus dijalani setiap
manusia sejak dari buaian sampai ke liang lahat. Karena pada dasarnya hidup
kita badalah proses pembelajaran. Dan segala sesuatu yang kita capai dalam
hidup ini, berawal dari sebuah proses pembelajaran. Ilmu yang kita pelajari
akan membantu kita membuka pintu-pintu keberhasilan. Janganlah terlalu
memaksakan diri dan tergesa-gesa mendobrak pintu tersebut, akan tetapi kita
harus membukanya dengan penuh kesabaran.
Masa
muda yang kita miliki saat ini merupakan masa yang paling efektif untuk belajar,
teruslah motivasi diri untuk terus belajar dengan penuh semangat. Jangan sampai
masa muda kita habiskan dan terbuang percuma oleh hal-hal yang kurang
bermanfaat yang menjadikan kita malas untuk belajar. Imam Syafi'i berpesan:
"Pergilah, kau akan mendapatkan pengganti dari yang kau tinggalkan.
Bersungguh-sungguhlah, sebab nikmat hidup ada pada kesungguhan." Pesan
bijak ini mengisyaratkan kita untuk pergi guna mencari ilmu. Kita akan
memperoleh ganti yang lebih besar dengan meninggalkan zona nyaman kita. Dengan syarat,
kita harus istiqomah dan bersungguh-sungguh.
Menggunakan
waktu dimasa muda untuk belajar terkadang memang terasa begitu amat berat,
mengingat di masa-masa inilah kita sangat rentan terkena berbagai godaan dan
rintangan. Namun bila kita bisa menahan diri dari godaan-godaan tersebut, maka
kelak di usia dewasa, kita akan menyadari dan sangat bersyukur karena telah
belajar dengan keras di usia muda. Dalam hidup kita yang hanya sebentar ini,
amatlah rugi kalau kita hanya bersantai-santai saja tanpa mau berusaha mencari
ilmu dan pengalaman. Dale Carnegie mengatakan: "Jika anda ingin
menaklukkan rasa takut, jangan berpangku tangan di dalam rumah dan diam di
depannya. Pergilah keluar, temui banyak orang, dan buatlah diri anda
sibuk."
Kita
harus menyadari bahwa tiada kata henti menuntut ilmu. Bahkan Rasulullah pun
setiap hari berdoa agar senantiasa ditambah ilmunya oleh Allah. Salah satu yang
menjadikan ilmu kita bertambah dan bermanfaat adalah dengan mengajarkannya
kepada orang lain. Semakin banyak kita membagikan ilmu, maka semakin bertambah
pula ilmu itu. Dan bila kita tidak pernah membagikannya kepada orang lain, bisa
jadi ia akan mulai lupa dan pada akhirnya menghilang bersamaan dengan datangnya
ajal yang menjemput kita.
Orang-orang
yang berilmu memiliki derajat yang sangat istimewa di sisi Allah baik di dunia
maupun di akhiratnya. Sungguh amat jauh perbedaan antara orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang benar-benar berilmu biasanya justru
tidak merasa kalau ia berilmu. Karena ia tidak lagi membutuhkan klaim atau
reputasi. Ilmu yang terpancar dalam perilaku hidupnya sehari-hari telah cukup
untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berilmu.
Seperti peribahasa “Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk”.
COMMENTS