Beberapa waktu ini di Indonesia sedang diributkan dengan isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau biasa disebut LGBT. Hal ini...
Beberapa waktu ini di Indonesia sedang diributkan dengan isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau biasa disebut LGBT. Hal ini berkenaan dengan permintaan golongan (kaum) LGBT untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Indonesia.
Baca juga:
Layaknya seperti layangan yang tertiup angin kencang dan melambung tinggi, LGBT jadi perbincangan di setiap lini mulai dari pinggiran jalan sampai tempat elite. Bahkan tak cukup di dunia nyata, di dunia maya pun isu LGBT jadi pembicaraan para masyarakat media sosial (medsos), hingga memunculkan berbagai tanda pagar (tagar) tentang LGBT. Dan pada akhirnya perdebatan isu ini melahirkan dua golongan yaitu golongan pro LGBR dan kontra LGBT.
Golongan pro LGBT dengan segala daya dan upaya serta terang-terangan mendukung para LGBT. Para pakar dan ahli memunculkan sejumlah pendapat, analisis dan penelitian untuk mendukung argumentasinya. Dan yang menjadi senjata utama mereka untuk menyerang para golongan kontra LGBT adalah semata-mata karena Hak Asasi Manusia (HAM). Para golongan pro LGBT merasa bahwa para kaum LGBT juga memiliki hak yang sama seperti halnya orang lain yang hidup di Indonesia, dan mereka beranggapan bahwa para kaum LGBT kesulitan mendapatkan hak-hak mereka.
Disisi lain yang tak kalah heboh dan seru, para golongan kontra LGBT juga dengan tegas dan penuh semangat menyuarakan penolakan terhadap kaum LGBT. Tak mau kalah, para pakar dan ahli yang kontra LGBT juga memunculkan berbagai analisis, pendapat, serta hasil penelitian. Dan di gerbong ini juga didukung oleh para tokoh agama yang dengan lantang menolak LGBT, hal yang menjadi para tokoh agama ini tentunya karena dalam agama yang mereka yakini LGBT termasuk hal yang dilarang dan tentunya berdosa.
Terlepas dari itu semua, secara pribadi saya tidak ingin bergabung dalam golongan pendukung dan penggiat LGBT diatas. Saya sama sekali tidak mendukung kaum LGBT. Namun disisi lain saya tidak ingin menghakimi mereka, karena memang bukan kapasitas saya untuk melakukan itu semua. Saya belum merasa cukup baik dan mulia untuk menghakimi serta menghujat mereka para kaum LGBT dengan segala tetek bengeknya.
Meraka para kaum LGBT bagi saya bukanlah hal yang harus dibenci dan dikucilkan, bagi saya semua yang diciptakan oleh Tuhan selalu memiliki manfaat. Bahkan hal yang kecil sekalipun yang diciptakan Tuhan tidak ada yang sia-sia sama sekali. Kalaupun mereka sesat, itu bukan alasan untuk membumi hanguskan mereka secara semena-mena. Mereka juga manusia yang harus diperlakukan layaknya manusia. Bahkan dalam ajaran Islam binatangpun harus diperlakukan dengan baik, apalagi manusia. Jika menurut anda mereka sesat, maka tugas anda bukan menghakimi dan menghujat tapi mengajak dan merangkul mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Bukankah begitu?
Menjadi homoseks: menjadi lesbian, gay, bisexual, transgender atau entah apalah lagi namanya kelak, adalah pilihan-pilihan hidup. Dan atas pilihan ini, mereka akan mempertanggung jawabkannya. Namun tatkala perilaku ini dikampanyekan dan disosialisasikan untuk diterima sebagai perilaku yang umum, atas nama hak azasi dan cinta pula, maka saya kira situasinya jadi sangat berbeda.
Silakan mencari jati diri. Silakan memadu kasih. Tapi jangan memaksakan pemakluman bahwa perilaku ini, sekali lagi, sebagai perilaku yang umum. Terima saja takdir Anda sekalian sebagai kelompok yang tidak umum. Karena dalam kitab-kitab suci disebut, Tuhan menciptakan Adam dan Hawa sebagai nenek moyang manusia, bukan Adam dan Jaka, atau Adam dan Hendra.

COMMENTS