Pendampingan Anak Jalanan

Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak beg...

Anak jalanan

Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child (Konvensi tentang hak-hak anak).

Tak bisa dipungkiri bahwa persoalan anak jalanan belakangan telah menjadi fenomena sosial dalam kehidupan kota besar. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota. Di mata sebagian anggota masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai “limbah” kota yang harus disingkirkan (Mangkoesapoetra, 2005). Eksistensi mereka dirasakan menggangu kenyamanan dan keamanan berlalu lintas dan sering kali dituduh melakukan tindakan kriminal, seperti mencopet atau menodong. Ditambah lagi adanya kecurigaan bahwa anak jalanan dikendalikan oleh sindikat tertentu membuat keberadaan anak jalanan di kota-kota besar menjadi duri yang tidak menyenangkan.

Seseorang bisa dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun yang menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari. Ada beberapa tipe anak jalanan, yaitu:
  • anak jalanan yang masih memiliki orang tua dan tinggal dengan orang tua. 
  • anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua
  • anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga
  • anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang turun menjadi anak jalanan sebagian besar berpendidikan rendah (W. Nurhadjatmo, 2004). Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaanya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang dari orang tua, saudara maupun teman-temanya, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berprilaku negatif. 

Masalah sosial anak jalanan berkaitan dengan ketidakmampuan anak memperolah haknya, sebagaimana diatur oleh konvensi hak anak. Juga disebabkan kurangnya aksesibilitas anak, akibat berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, baik di rumah dan di lingkungan sekitarnya untuk dapat bermain dan berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya. Selain itu, masalah sosial anak jalanan berkaitan pula dengan ketidakmampuan orang tua atau keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.

Terkait dengan kondisi tersebut, permasalahan anak jalanan sudah merupakan permasalahan krusial yang harus ditangani sampai ke akar-akarnya. Jika permasalahan ditangani hanya di permukaan saja, maka setiap saat permasalahan tersebut akan muncul kembali serta menyebabkan timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kompleks, seperti munculnya orang dewasa jalanan, kriminalitas, premanisasi, eksploitasi tenaga, eksploitasi seksual, penyimpangan perilaku, dan lain-lain. 

Model pendampingan anak jalanan merupakan serangkaian cara yang digunakan dalam upaya untuk mengeluarkan anak jalanan dari kehidupan jalanan, agar anak jalanan dapat kembali ke sekolah, kembali kepada keluarga, dan mandiri. Pendampingan yang diberikan kepada anak jalanan memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesadaran anak jalanan akan pentingnya pendidikan agar anak jalanan keluar dari jalanan dan kembali sekolah, mendampingi anak jalanan agar kembali kepada orang tuanya, dan mem-fasilitasi pelatihan keterampilan agar dapat bekerja dan hidup mandiri. 

Walaupun ciri ciri anak jalanan yang menjadi sasaran kegiatan pendampingan ini berbeda, akan tetapi dalam pelaksanaan pendampingannya menggunakan cara yang sama antara ciri anak jalanan yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya, yang berhubungan secara tidak teratur dengan orang tuanya, dan yang masih tinggal dengan orang tuanya.

Pendampingan anak jalanan dilakukan dengan terus meningkatkan dan membangun relasi yaitu kedekatan, kesejajaran, kebersamaan dengan anak jalanan sebagai kakak dan sahabat yang solider yang perduli terhadap permasalahan anak jalanan. Upaya membangun relasi ini sangat penting, agar anak jalanan dapat terbuka sehingga pendamping disini dapat mengetahui dan memahami dengan jelas dan utuh akar permasalahan dari anak jalanan tersebut. 

Berbeda dengan cara atau model penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh pemerintah, yang mana dilakukan dengan cara seperti razia anjal, pendataan kemudian di tempatkan di sebuah panti atau wadah lainnya, diberikan hal-hal yang bersifat praktis akan tetapi sering tidak relevan dengan kebutuhan dan akar per-masalahan anak jalanan, dan kegiatan pen-dampingannya kurang menyentuh pada aspek psikis anak jalanan dalam hal ini yaitu menumbuhkan sikap mental, perilaku yang positif, dan pola pikir anak jalanan. 

Model pendampingan anak jalanan dengan pola partisipatif merupakan salah satu upaya penanganan anak jalanan yang dapat mangatasi masalah anak jalanan yang kompleks ini. Dengan pendamping turun langsung ke jalan, melebur menjadi satu dengan anak jalanan, menyesuaikan diri dengan kondisi anak jalanan, sehingga dengan kondisi ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan kesadaran anak jalanan untuk terbuka dan merasa nyaman karena pendamping memposisikan dirinya menjadi pribadi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan sebagai kakak, sahabat, sekaligus orang tua anak jalanan. Dengan sikap yang terbuka dari anak jalanan, sehingga pendamping dalam hal ini yang berperan mendampingi anak jalanan dapat mengidentifikasi akar permasalahan dari anak jalanan dan dapat menemukan solusi atau tindak lanjut dari kegiatan pendampingan yang tepat untuk mengeluarkan anak jalanan tersebut dari kehidupan jalanan.

Untuk lebih jelasnya, berikut deskripsi mengenai model pendampingan anak jalanan:

a) Turun Langsung ke Jalan
Alasan turun langsung ke jalan yaitu, agar pendamping lebih mengenal dan memahami kondisi realita anak jalanan, kehidupan kesehariannya, dan karakteristik kebutuhannya secara tepat. Dengan turun langsung ke jalan, pendamping melebur menjadi satu dan menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan anak jalanan dan lingkungan anak jalanan tersebut sehingga relasi yang terjalin antara pendamping dengan anak jalanan yaitu relasi yang setara dan sejajar sebagai kakak, sahabat, teman, dan sekaligus orang tua yang dibangun melalui komunikasi yang intensif. Selain itu, dengan turun langsung ke jalan, pendamping dapat menjangkau anak jalanan yang belum pernah mendapat perhatian, bimbingan, pembinaan, dan dapat melayani anak jalanan di lingkungannya (jalanan). 

b) Menjalin Relasi
Dalam kegiatan pendampingan anak jalanan, pendamping menjalin relasi (hubungan) dengan anak jalanan dan orang tua anak jalanan sebagai kakak dan sahabat bagi mereka. Pendamping menempatkan diri sebagai pribadi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan tanpa membedakan status sosial yang ada. Pendamping menjalin relasi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan seperti dalam penampilan dan pembawaan. Jadi dalam mendampingi anak jalanan, pendamping berpenampilan apa adanya sesuai dengan kondisi dan lingkungan anak jalanan (tidak menampakkan status sosial yang berbeda atau gap) dan pendamping menunjukkan kepribadian yang bersahabat, mau mendengar, dan akomodatif. 
Relasi yang terjalin dibangun melalui komunikasi yang intensif dengan anak jalanan untuk mengetahui dan memahami karakter dan kebutuhan masing-masing anak jalanan dengan tepat. Pendamping turun langsung ke jalanan di tempat anak jalanan menghabiskan waktunya untuk “bekerja” dan yang tinggal di jalanan bersama orang tuanya bukan untuk menangkapi atau menggurui dan bukan juga sebagai orang yang membagi-bagikan hadiah, tetapi untuk menjalin relasi sebagai kakak dan sahabat yang solider serta peduli terhadap kondisi kehidupan mereka. 
Relasi yang diupayakan untuk dibangun adalah relasi yang tulus dan setara sebagai sesama manusia tanpa melihat latar belakang agama atau suku/daerah, dan dengan mengesampingkan semua stigma yang melekat pada anak jalanan. Upaya membangun relasi ini penting agar anak jalanan maupun orang tua anak jalanan dapat terbuka sehingga memudahkan dalam kegiatan pendampingan dan memudahkan dalam memasukkan nilai-nilai dan semangat hidup 7yang positif kepada anak jalanan. 

c) Implementasi Pendampingan
Meningkatkan kesadaran kepada anak jalanan dan orang tua anak jalanan tentang pentingnya pendidikan, sehingga melalui kegiatan pendampingan belajar atau kegiatan pengajaran kesadaran akan pentingnya pendidikan tersebut dapat meningkat dan anak jalanan semangat untuk kembali ke sekolah.
Dalam pelaksanaan pendampingan anak jalanan, pendamping memberikan pendampingan belajar kepada anak jalanan yang masih berusia sekolah. Materi pendampingan belajar atau pengajaran yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan yang meliputi belajar membaca, menulis, berhitung (matematika), melukis, permainan, sains, bahasa Indonesia, pengetahuan tentang zat adiktif, materi tentang menumbuhkan motivasi, serta materi tentang nilai-nilai sosial (kemanusiaan) bagi anak jalanan yang putus sekolah sejak Sekolah Dasar (SD) dan yang belum pernah mengenyam bangku sekolah agar kesadaran tentang pendidikan meningkat dan semangat belajar untuk kembali atau masuk sekolah lagi. 
Pekan Bagi anak jalanan usia remaja, tidak selalu diberikan materi yang bersifat akademis akan tetapi lebih kepada menjalin relasi yang dekat agar mengetahui kebutu-han atau potensinya dan memfasilitasi pela-tihan keterampilan atau skill untuk bekal bekerja dan hidup mandiri. Pelatihan keterampilan yang pernah diberikan kepada anak jalanan yang ingin bekerja dan hidup mandiri adalah pelatihan bengkel, las listrik, membuat bingkai foto, komputer, dan tambal ban.
Adapun dalam proses pemberian materi pendampingan belajar, pendamping menggunakan metode belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar dan keaktifan anak jalanan dalam mengikuti kegiatan pendampingan belajar. Metode belajar yang digunakan disesuaikan dengan materi pendampingan belajar yang diberikan. Metode yang digunakan dalam proses pendampingan belajar yaitu belajar sambil bermain. Jadi anak jalanan tidak terlalu difokuskan pada kegiatan belajarnya tetapi melalui kegiatan bermain materi pendampingan belajar diintegrasikan ke dalam permainan sederhana. Selain itu, praktek langsung, diskusi, dan brainstorming juga digunakan dalam kegia-tan proses pengajarannya.
Peran dari pendamping dalam kegiatan pendampingan anak jalanan sangat penting dalam mencapai tujuan pendampingan. Pendamping harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan lingkungan tempat anak jalanan. Selain itu, pendamping harus dapat menempatkan diri pada posisi yang sama atau sejajar dengan anak jalanan agar terjalin interaksi yang baik dan dekat.

d) Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan hal yang penting dalam menjaga keberlanjutan sebuah program pendampingan anak jalanan. Tindak lanjut dalam kegiatan pendampingan anak Jalanan dengan melihat hasil evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Pendamping melihat dan memahami perubahan yang ada pada anak jalanan setelah mengikuti kegiatan pendampingan. Perubahan anak jalanan yang dimaksud yaitu perubahan dalam hal perilaku, minat belajar dan bekerja yang tinggi dari anak jalanan. 
Tindak lanjut yang dilakukan yaitu mengembalikan anak jalanan ke sekolah dengan memberikan beasiswa pendidikan bagi anak jalanan berusia sekolah yang sungguh-sungguh dan memiliki minat tinggi untuk kembali sekolah. Selain itu, bagi anak jalanan yang memiliki kemauan bekerja dan mandiri, maka pendamping berupaya memfasilitasi dan mendampingi anak jalanan dengan program-program pelatihan keterampilan yang sesuai dengan potensi dan keinginannya. Pendamping akan mendampingi anak jalanan untuk mengikuti pelatihan keterampilan, kursus, atau kegiatan yang lain yang dapat memberikan anak jalanan bekal untuk hidup mandiri agar dapat keluar dari jalanan. 
Sedangkan bagi anak jalanan yang ingin kembali kepada orang tuanya, dari pendamping akan berusaha untuk menjadi mediator agar hubungan anak jalanan dengan orang tuanya kembali harmonis. 

Dalam pelaksanaannya pendampingan anak jalanan harus dilakukan dengan langkah yang sistematis, sehingga hasil yang dicapai lebih optimal. Langkah-langkah pendampingan anak jalanan meliputi :

1. Persiapan
Di dalam sebuah persiapan terdapat perencanaan yaitu suatu proses menentukan apa yang akan dicapai dimasa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya, aktivitas tersebut dibatasi oleh waktu dan tujuan yang telah ditentukan. 
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang ditetapkan untuk melengkapi segala kebutuhan yang diperlukan. Pada pelaksanaan pendampingan terdapat beberapa komponen pembelajaran, yaitu :
1) Tujuan Pembelajaran
2) Materi Pembelajaran
3) Subyek Belajar
4) Strategi Pembelajaran
5) Media Pembelajaran
6) Evaluasi
7) Penunjang

3. Evaluasi 
Setiap kegiatan perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah hasil dari program pendampingan  sudah sesuai dengan rencana atau sudah tercapai yang diinginkan atau belum. Evaluasinya meliputi indikator seperti:
a) berapa banyak anak jalanan yang aktif mengikuti kegiatan pendampingan dalam 3 bulan.
b) berapa anak jalanan yang sudah giat dan memiliki minat tinggi untuk belajar.
c) bagaimana hubungan pendamping dengan anak jalanan dan orang tuanya.
d) bagaimana perkembangan anak jalanan dalam belajar setelah mengikuti pendampingan.
e) berapa banyak anak jalanan yang bisa mengerjakan soal-soal dalam pendampingan belajar atau pengajaran yang diberikan.

Referensi:
Rizka, M. Arief. 2013. Model Pendampingan Anak Jalanan. Jurnal. IKIP Mataram.
Nusantara, Widya. 2013. Transformatif Learning pada Kegiatan Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang. Universitas Negeri Malang.
Tirtaningtyas, Fransisca Nugraheny. 2012. Pemberdayaan Anak Jalanan.  Universitas Negeri Semarang.

COMMENTS

Name

1000 Masjid,2,Belajar,53,Ceritaku,41,Cinta,3,Diri,13,Gaya Hidup,4,Hiburan,11,Islam,6,Komunikasi,20,Manajemen,9,Motivasi,27,Psikologi,2,Public relations,15,Sahabat,5,Sosial,13,Tips,33,Travel,4,Trending,9,Tutorial,2,
ltr
item
Catatan Sinine: Pendampingan Anak Jalanan
Pendampingan Anak Jalanan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgshhr5JRc_kFbJFVngsB-EJJD34V94OV-u_DN4xZfxe5_GxIcX5R2jvU3VC8_KCQLFcf8_c0TS5hpT_5lnQl37wBeqrjqM9Q3zzHNcx4r0ydhxJCs_qACYPRVs2CcS7BRV_IFfUk8wxZE6/s320/images+%25281%2529.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgshhr5JRc_kFbJFVngsB-EJJD34V94OV-u_DN4xZfxe5_GxIcX5R2jvU3VC8_KCQLFcf8_c0TS5hpT_5lnQl37wBeqrjqM9Q3zzHNcx4r0ydhxJCs_qACYPRVs2CcS7BRV_IFfUk8wxZE6/s72-c/images+%25281%2529.jpg
Catatan Sinine
https://catatansinine.blogspot.com/2016/11/pendampingan-anak-jalanan.html
https://catatansinine.blogspot.com/
https://catatansinine.blogspot.com/
https://catatansinine.blogspot.com/2016/11/pendampingan-anak-jalanan.html
true
6835835787765942029
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy