Saat saya masih kecil, jika saya memiliki keinginan maka bagaimanapun caranya saya akan berusaha mewujudkan keinginan itu. Yah meskipun pada saat itu keinginan saya bukanlah sesuatu yang besar, namun....
Sumber Gambar: Aktual.com |
Setiap orang tentu punya cerita masa kecil yang berbeda-beda. Namun jika diingat-ingat banyak sekali moment tak terlupakan di masa kecil kita. Kadang jika mengingat kejadian masa kecil kita merasa lucu, konyol namun semuanya penuh arti. Nah kali ini saya akan menceritakan pengalaman masa kecil saya dan pistol mainan. Seperti apa ceritanya?
Saat saya masih kecil, jika saya memiliki keinginan maka bagaimanapun caranya saya akan berusaha mewujudkan keinginan itu. Yah meskipun pada saat itu keinginan saya bukanlah sesuatu yang besar, namun usaha untuk mewujudkanya sungguh membuat saya merasa malu. Mengapa? Karena tak jarang sekarang ini saya memupuskan keinginan dengan berbagai alasan yang sebenarnya hanya melemahkan tekad saya untuk meraihnya.
Cerita ini berawal saat usia saya kira-kira 9 tahun. Saat itu saya tengah duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Saat itu sangatlah berbeda dengan sekarang, zaman sekarang apa saja serba mudah dan praktis dengan adanya berbagai hal berbasis internet seperti toko online, transportasi online dan lainya.
Karena pada waktu itu lagi ngetrend banget mainan pistol-pistolan, sayapun ingin memilikinya seperti layaknya teman-teman saya yang lain. Kayaknya pada zaman itu kalau belum punya pistol mainan maka belum dinilai keren dan kekinian. Saya masih ingat dengan jelas waktu itu tepatnya adalah hari ketiga lebaran idul fitri, dan keadaan dirumah sangat ramai dan penuh tamu yang sedang bersilaturahmi. Sehingga situasi dan kondisi tersebut tidak memungkinkan saya untuk mengajak orang tua saya untuk pergi ke pasar membeli pistol mainan. Tahukah Sobat apa yang saya lakukan saat itu?
Namanya juga anak-anak ya! Kalau lagi lebaran pasti duitnya banyak, kata orang-orang di daerah kami bilang dapat sangu. Nah, saat itu saya juga kebetulan lagi tajir karena sangu hasil silaturahmi kesana-kemari. Akhirnya siang itu, saya memutuskan untuk pergi ke pasar sendirian tanpa ada yang menemani sama sekali. Padahal jarak dari rumah saya menuju ke pasar itu kurang lebih sekitar 4-5 kilometer.
Dengan tekad yang kuat dan bermodalkan uang sangu saya berangkat menuju kepasar, yang saya pikirkan waktu itu adalah saya akan naik angkot untuk menuju kepasar. Karena pada waktu itu satu-satunya transportasi yang tersedia untuk menuju ke pasar dari rumah saya adalah angkot. Tak seperti sekarang yang udah banyak alternatif pilihanya termasuk angkutan online. Namun sayangnya sampai saat ini di daerah rumah saya belum ada transportasi online lho Sob! Bahkan sekarang angkotpun sepertinya sudah sangat jarang.
Untuk bisa naik angkot saya harus berjalan sejauh 200 meter menuju jalan raya dari rumah. Sayapun dengan semangat yang membara dan hati gembira berjalan kaki di tengah terik matahari. Sesampainya saya di jalan raya untuk naik angkot ternyata ada ujian yang datang. Karena saya belum pernah naik angkot sendirian saya tidak tahu bagaimana caranya memberhentikan angkot. Wah, saya tertawa geli jika mengingatnya. Jadi saya menunggu di pinggir jalanan yang panas namun tak ada satupun angkot yang berhenti menghampiri. Mungkin ini memang salah saya yang tak tau bagaimana tata cara naik angkot yang baik dan benar.
Saya sudah mencoba melambaikan tangan ketika ada angkot yang lewat, padahal umumnya cara ini cukup ampuh digunakan untuk memberhentikan angkot, namun ternyata tak berhasil. Saya malah di klaksonin aja sama angkotnya. Mungkin dikira anak iseng kali ya! Meskpun begitu tekad saya untuk membeli pistol mainan tak kendur sedikitpun. Cukup lama saya berusaha mencari angkot namun tak ada satupun yang berhenti, dan taukah sobat apa yang terjadi selanjutnya?
Dengan semangat perjuangan dan tekad yang membara sayapun berjalan kaki menuju kepasar yang jaraknya seperti yang sudah saya sebutkan sekitar 4-5 kilometer. Jika mengingatnya saya merasa geli dengan kepolosan atau mungkin karena kebodohan saya saat itu, namun saya memakluminya karena saat itu saya masih anak-anak yang polos dan lugu. Saya berjalan cukup lama namun saya tak tau berapa lama tepatnya yang saya pikirkan saat itu hanya bagaimana caranya saya bisa membeli pistol mainan yang saya inginkan, itu saja. Sungguh pemikiran yang simple, sederhana dan amat polos.
Setelah berjalan cukup lama dan keringatpun bercucuran sampailah saya di pasar, taukah sobat betapa bahagianya saya saat itu? Saya sedikitpun tidak memikirkan bagaimana saya akan pulang nantinya. Karena yang ada difikiran saya saat itu hanya membeli pistol mainan.
Dipinggiran pasar saat itu ada banyak sekali pedagang yang menjual berbagai mainan anak-anak termasuk pistol mainan. Tanpa pikir panjang saya langsung bergegas menuju penjual yang paling dekat. Saat itu yang saya inginkan adalah tipe pistol mainan dengan model semi otomatis layaknya di film-film. Saya merasa aktor di film itu sangat keren ketika menggunakan pistolnya. Akhirnya tanpa pikir panjang saya membelinya, saat itu harganya kalau tidak salah hanya 20 ribu saja. Namun saat itu 20 ribu bukanlah uang yang kecil terutama bagi anak-anak ya sob!
Kurang lebih seperti gambar diataslah pistol mainan yang saya beli waktu itu. Dilihat dari bentuknya sih biasa aja ya Sobat! Tapi baru sekarang saya ngerti bahwa pistol mainan yang saya beli waktu itu sangat mirip atau bahkan bisa disebut sebagai airsoft gun spring yang saat ini banyak dijual di pasaran.
Nah setelah saya membeli dan mendapatkan apa yang saya inginkan yaitu pistol mainan seperti gambar diatas, saya pun bergegas pulang. Nah klo tadi saya gak tau gimana caranya naik angkot sekarang itu tak lagi menjadi masalah. Karena di pasar banyak angkot yang mangkal buat cari penumpang. Sayapun bertanya kepada orang sekitar manakah angkot menuju rumah saya. Tak butuh lama sayapun mengetahui angkot ke arah rumah saya.
Dengan hati riang gembira saya menaiki angkot tersebut, setelah menunggu lumayan lama akhirnya angkot tersebut mulai jalan. Senang banget rasanya. Namun ujian kembali datang, klo tadi saya tidak tau caranya naik, sekarang saya tidak tau caranya turun. Dan seperti orang bodoh saya hanya diam saja sampai kelewat dari tempat seharusnya saya turun. Karena tak ada orang yang turun sebelum saya , jadi saya tak tau harus berbuat apa. Untungnya setelah sekitas 500 meter dari tempat seharusnya saya turun ada ibu-ibu yang turun, sayapun bergegas ikut turun. Alhamdulilah gak jauh-jauh amat.
Kini saya harus berjalan menuju rumah. Sesampainya dirumah apa yang terjadi? Saya hanya menyimpan pistol mainan yang baru saya beli di lemari, karena saat itu saya merasa lemari adalah tempat paling aman. Anehnya kenapa saat itu saya tidak segera memainkanya tapi malah menyimpanya bahkan menyembunyikanya. Sepertinya bukan karena takut dimarah orang tua ya Sob, karena saya langsung menceritakan petualangan seru saya membeli pistol mainan hari itu juga kepada orang tua. Saya sudah mencoba mengingat-ingat lagi alasanya namun sampai cerita ini saya poskan, saya belum menemukan alasan kenapa saat itu saya langsung menyembunyikan pistol mainan yang baru saya beli, bahkan saya tak pernah membawanya untuk bermain bersama teman-teman. Jika Sobat tahu silahkan komentar ya!
Terima kasih sudah membaca ceritaku kali ini. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dan semoga bermanfaat ya! Jangan lupa bantu share dan komentar agar blog ini semakin baik.
COMMENTS